Moh. Kamil (paling kanan) saat foto bersama dengan mahasiswa dari Indonesia. (Foto: Moh. Kamil) |
Majalah IKRA - Salam sejahtera untuk kita semua, sahabat IKRA yang saya cintai, saya ingin memberikan sekilas gambaran tentang kehidupan mahasiswa Indonesia yang melanjutkan pendidikan tinggi di China, yang pasti dari dulu para sahabat IKRA selalu penasaran, Apalagi yang ingin melanjutkan kuliahnya di luar negeri tepatnya di China, maka dari itu berdasarkan pengalaman yang sudah saya alami, saya akan menguraikan sekilas kehidupan di China sebagai berikut:
- Pengaruh Sistem Pemerintahan China Terhadap Pelajar Muslim Indonesia.
China adalah Negara yang menganut paham komunisme, komunisme adalah paham atau ideology dalam bidang politik yang menganut ajaran Karl Marx dan Fredrich Engels, yang hendak menghapuskan hak milik individu dan menggantikan dengan hak milik bersama yang dikontrol oleh Negara. Penganut paham komunis tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, dan agama, dengan demikian tidak ada pemberian doktrin (ajaran) pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa “agama dianggap candu” yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata (kebenaran materi).
Oleh sebab itu, terasa sulit bagi para pelajar internasional khususnya pelajar Indonesia yang beragama islam untuk melakukan ibadah. Disamping bertentangan dengan aturan pemerintahan China, serta sedikitnya tempat-tempat ibadah menjadi sebuah hambatan dan tantangan besar bagi para pelajar Indonesia dalam melakukan ibadah dengan bebas dan tenang.
Dalam mengatasi hal ini para pelajar muslim Indonesia mendirikan sebuah komunitas perkumpulan muslim Indonesia di setiap kota di seluruh penjuru China, khususnya di kota Nanjing didirikan komunitas “HUSNUL KHOTIMAH”, komunitas ini adalah perkumpulan pelajar muslim Indonesia yang berfungsi untuk mengayomi, mengadakan acara pengajian bulanan, merayakan acara hari besar islam, dan membimbing ibadah pelajar Indonesia agar bias beribadah dengan tenang dan nyaman.
Moh. Kamil (dua dari kanan) saat menerima hadiah sebagai juara dalam lomba menulis di Nanjing, China. (foto: Moh. Kamil). |
- Hubungan Social Antar Pelajar Mahasiswa Indonesia di China
Para pelajar Indonesia yang sekolah di Universitas luar negeri mendirikan organisasi PPI Dunia (Perkumpulan Pelajar Indonesia Dunia), di China juga berdirilah organisasi PPIT (Perkumpulan Pelajar Indonesia di Tiongkok), organisasi ini adalah cabang organisasi dari PPI Dunia
Dari organisasi itulah seluruh pelajar Indonesia yang menyebar di seluruh penjuru China menjadi satu, tidak jarang pula PPIT sering mengadakan pertemuan pelajar mahasiswa Indonesia yang ada di China untuk memberikan penyuluhan, menumbuhkan sikap cinta tanah air, dan menyambung tali silaturrahmi antar pelajar Indonesia dari berbagai Universitas maupun kota di China.
- Tempat Tingal dan Fasilitas Bagi Pelajar Internasional
Berdasarkan pengalaman, Pelajar internasional bias dikatakan lebih dimanja daripada pelajar pribumi China. Oleh karena itu, pelajar internasional memiliki asrama khusus yang fasilitasnya lebih bagus dan memadai. Setiap universitas memiliki asrama khusus mahasiswanya, baik itu mahasiswa China ataupun mahasiswa internasional, maka dari itu tidak sedikitlah aturan universitas mewajibkan seluruh siswanya untuk tinggal di asrama yang sudah di sediakan.
- Beradaptasi dengan Makanan China
Beradapatasi dengan makanan china ini merupakan hal yang berat dan sulit bagi para pelajar mahasiswa baru, penduduk china kebanyakan suka memakan daging babi, daging anjing, dan lain sebagainya. Hal ini sangat bertentangan khususnya bagi pelajar muslim Indonesia, demi mengatasi ini pihak universitas menyediakan kantin halal yang di sediakan khusus pelajar internasional yang beragama islam dengan harga makanan sedikit lebih mahal. Jadi, demi menghemat biaya hidup, para pelajar Indonesia memanfaatkan fasilitas dapur asrama untuk memasak sendiri, disamping menghemat, dan juga menjamin kehalalan makanan yang di masaknya.
Ketika musim salju di Nanjing, China. (Foto: Moh. Kamil) |
- Beradaptasi dengan Cuaca di China
Waktu Pertama dating ke china, tidak sedikit para pelajar Indonesia memiliki masalah akan adaptasi terhadap cuaca, perlu kita ketahui bahwa China memiliki 4 musim, yaitu: musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Perlu kita ketahui bahwa pada saat musim dingin cuaca yang paling dingin adalah daerah China bagian utara tepatnya di kota Beijing dan Harbin, suhu terendah bias mencapai -40 °C, sampai-sampai buah Pir bias menjadi palu. Akan tetapi di China bagian selatan tepatnya di daerah kota Nanjing dan Sanghai suhu terendah hanya mencapai -4°C, jadi bias diperkirakan jumlah pelajar internasional di daerah China bagian selatan lebih banyak dari pada China bagian utara.
Sahabat IKRA yang saya cintai, semua orang berhak melanjutkan pendidikan di luar negeri, lebih-lebih seseorang yang memang memiliki kemauan tingi yang disertai dengan usaha yang keras, serta keyakinan yang kuat, bukan hanya di China akan tetapi di Negara lain pun semua pasti akan ada jalan, hanya saja itu semua tergantung pada niat dan usaha di masing-masing individu.
Nanjing, China,11 Maret 2017
------------------------
Pewarta : Moh. Kamil
(Alumni SMK MAMBAUL ULUM Angkatan 2015/2016. Sekarang mendapatkan program beasiswa di Nanjing Polytechnic Institute Jurusan Numerical Control Technology {CNC Engineering})
Editor : Elok Basyiroh Muzayyanah
Editor : Elok Basyiroh Muzayyanah
No comments:
Post a Comment